Literatur Review Jurnal
Literatur Review Jurnal Terkait Musik Dalam Teori Semiotika
PEMBAHASAN
Literatur Review Jurnal 1
Penulis Jurnal : Putu Bayu Wikranta Kusuma Jaya
Judul Jurnal : Musik Sebagai Batasan Semiotika
Teori :
Jurnal ini menggunakan teori
semiotika dari tiga tokoh utama: Ferdinand de Saussure, Charles Sanders Peirce,
dan Roland Barthes. Semiotika Saussure menekankan hubungan antara penanda
(signifier) dan petanda (signified), di mana musik dipahami sebagai tanda yang
menghubungkan bentuk suara dengan konsep yang ditangkap pendengarnya.
Pendekatan ini menggambarkan musik sebagai sistem tanda yang menciptakan makna
berdasarkan konvensi sosial dan struktur linguistik.
Peirce memperluas semiotika dengan konsep triadik yang melibatkan representamen, objek, dan interpretant. Dalam konteks musik, Peirce melihat musik sebagai representamen yang merujuk pada objek (fenomena musik) yang kemudian diinterpretasi oleh pendengar. Ini memberikan perspektif yang lebih dinamis dalam memahami bagaimana musik mempengaruhi dan diinterpretasi oleh audiens. Barthes, dengan pendekatan kritisnya terhadap objek material, berkontribusi pada pemahaman bahwa musik sebagai fenomena non-material memerlukan pendekatan analisis yang berbeda, menekankan pentingnya interpretasi dan pengalaman subjektif pendengar dalam membentuk makna musik.
Metode :
Metode penelitian yang
digunakan dalam jurnal ini adalah studi pustaka. Penulis mengumpulkan data
melalui uraian dan tafsiran dari karya-karya representatif para tokoh semiotika
terkait. Data ini kemudian dianalisis menggunakan metode analisis komparatif,
yang bertujuan untuk menjelaskan dan memahami proses kausal yang terlibat dalam
penciptaan makna musik. Analisis komparatif ini mengikuti model variation
finding yang berfokus pada mengidentifikasi variasi karakteristik atau
intensitas fenomena dengan menguji perbedaan sistematis di antara beberapa
contoh. Metode ini memungkinkan penulis untuk membandingkan bagaimana teori
semiotika dari Saussure, Peirce, dan Barthes dapat diterapkan pada analisis
musik.
Hasil :
Hasil analisis dalam jurnal
ini menunjukkan bahwa model semiotika Saussure lebih kompatibel dalam
menganalisis musik dibandingkan dengan model Peirce dan Barthes. Saussure
menawarkan pendekatan yang lebih linear dan dapat diadaptasi untuk memahami
hubungan antara suara (sebagai penanda) dan konsep (sebagai petanda) dalam
musik. Peirce, dengan model triadik-nya, menghadirkan tantangan dalam
mengaplikasikan konsep representamen, objek, dan interpretant pada musik yang
bersifat non-material. Barthes, sementara itu, menekankan bahwa musik sebagai
fenomena non-material sulit dianalisis secara komprehensif menggunakan model
semiotika tradisional, menyoroti perlunya pendekatan yang lebih fleksibel dan
subjektif. Kesimpulannya, meskipun setiap teori memiliki keunggulan, Saussure
memberikan kerangka kerja yang lebih langsung untuk analisis musik sebagai
sistem tanda.
Kesimpulan :
Kesimpulan penelitian ini
menegaskan bahwa musik sebagai objek semiotik memiliki kompleksitas yang unik
dan memerlukan pendekatan analisis yang berbeda dari objek material
tradisional. Teori Saussure paling cocok untuk menganalisis musik karena
kemampuannya menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda dalam konteks
suara dan konsep. Namun, keterbatasan teori Peirce dan Barthes dalam menangani
aspek non-material musik menunjukkan bahwa semiotika perlu berkembang lebih
jauh untuk mencakup berbagai bentuk komunikasi non-verbal dan pengalaman
subjektif. Jurnal ini menggarisbawahi pentingnya fleksibilitas dalam pendekatan
semiotika dan perlunya model yang lebih inklusif untuk memahami musik secara
holistik.
Literatur Review Jurnal 2
Penulis Jurnal : Neng Tika Harnia
Judul Jurnal : Analisis Semiotika Makna Cinta Pada Lirik Lagu “Tak Sekedar
Cinta” Karya Dnanda
Teori :
Dalam jurnal "Metamorfosa Vol. 9, No. 2, Juli 2021," penelitian menggunakan teori semiotika Roland Barthes untuk menganalisis makna cinta dalam lirik lagu "Tak Sekedar Cinta" karya Dnanda. Teori semiotika Roland Barthes merupakan pendekatan yang mempelajari tanda-tanda dan maknanya dalam konteks budaya dan komunikasi. Barthes membagi tanda menjadi denotasi (makna literal) dan konotasi (makna yang lebih dalam atau tersembunyi). Selain itu, Barthes juga mengidentifikasi adanya mitos dalam tanda-tanda yang mencerminkan nilai-nilai dan keyakinan dalam masyarakat. Dengan menggunakan pendekatan semiotika ini, penelitian dapat mengungkap makna-makna yang terkandung dalam lirik lagu secara mendalam dan menyeluruh, serta memahami bagaimana tanda-tanda tersebut merepresentasikan konsep cinta dalam konteks yang lebih luas.
Metode :
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode
kualitatif. Metode kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang menekankan
pada pemahaman mendalam terhadap fenomena yang diteliti melalui interpretasi,
deskripsi, dan analisis data berupa kata-kata dan bahasa. Dalam konteks
analisis lirik lagu "Tak Sekedar Cinta" karya Dnanda, metode
kualitatif memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
menginterpretasikan makna-makna yang terkandung dalam lirik lagu tersebut
secara holistik. Peneliti menggunakan dirinya sebagai instrumen kunci dalam
mengumpulkan data dan menekankan pada pemahaman makna daripada generalisasi.
Dengan metode ini, peneliti dapat menggali lebih dalam tentang konsep cinta
yang disampaikan dalam lirik lagu dan bagaimana pesan tersebut dapat
berinteraksi dengan pendengar melalui medium musik.
Hasil :
Hasil
analisis dari penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dan teori
semiotika Roland Barthes terhadap lirik lagu "Tak Sekedar Cinta"
karya Dnanda mengungkapkan makna-makna yang mendalam tentang konsep cinta.
Melalui analisis semiotika, peneliti dapat membedah tanda-tanda dalam lirik
lagu tersebut, mulai dari denotasi (makna literal) hingga konotasi (makna
tersembunyi) serta mitos yang terkandung di dalamnya. Dengan memperhatikan
permainan kata-kata, bahasa yang indah, dan imajinatif, lirik lagu tersebut
berhasil menyampaikan pesan tentang rindu, kesetiaan, kejujuran, dan perasaan
sepi. Analisis semiotika juga memungkinkan peneliti untuk memahami bagaimana
tanda-tanda dalam lirik lagu merefleksikan nilai-nilai dan keyakinan dalam
masyarakat terkait dengan konsep cinta. Dengan demikian, penelitian ini
memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana lirik lagu dapat menjadi
medium untuk menyampaikan pesan-pesan emosional dan sosial kepada pendengar
melalui penggunaan bahasa yang kreatif dan simbolis.
Kesimpulan :
Kesimpulan
dari penelitian yang menggunakan analisis semiotika Roland Barthes terhadap
lirik lagu "Tak Sekedar Cinta" karya Dnanda menunjukkan bahwa melalui
interpretasi makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam lirik lagu, dapat
dipahami pesan-pesan yang terkandung tentang konsep cinta, rindu, kesetiaan,
dan kejujuran. Peneliti menyoroti pentingnya keterbukaan dan kejujuran dalam
menjalin hubungan percintaan, serta bagaimana kemurnian cinta dapat terjaga
melalui kesetiaan dan penghargaan terhadap perasaan pasangan. Analisis
semiotika juga mengungkapkan bahwa lirik lagu dapat menjadi sarana untuk
menyampaikan nilai-nilai sosial dan emosional kepada pendengar melalui
penggunaan bahasa yang kreatif dan simbolis. Dengan demikian, penelitian ini
memberikan wawasan yang mendalam tentang bagaimana lirik lagu dapat menjadi
cerminan dari kompleksitas hubungan manusia dalam konteks percintaan.
Literatur Review 3
Penulis Jurnal : Rahmat Nike Pirnanda
Judul Jurnal : Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Lirik Lagu “Aisyah
Istri Rasulullah” Syakir Daulay
Teori :
Dalam jurnal tersebut, penelitian menggunakan teori semiotika Roland Barthes untuk menganalisis makna dari lirik lagu "Aisyah Istri Rasulullah". Teori semiotika Roland Barthes merupakan pendekatan yang mempelajari tanda-tanda dan simbol-simbol dalam budaya untuk mengungkapkan makna yang terkandung di dalamnya. Barthes membedakan antara tanda denotatif (makna literal) dan konotatif (makna tersembunyi atau terkait dengan konteks budaya). Dalam konteks analisis lagu, Barthes akan memandang lirik sebagai tanda-tanda yang membawa makna yang lebih dalam daripada sekadar kata-kata yang terucap. Dengan menggunakan teori semiotika Barthes, penelitian tersebut dapat mengungkapkan bagaimana pesan-pesan tentang nilai-nilai cinta dan romantika dalam rumah tangga disampaikan melalui lirik lagu tersebut, serta bagaimana makna-makna tersebut dapat dipahami dan diinterpretasikan oleh pendengar melalui medium musik. Dengan demikian, teori semiotika Roland Barthes memberikan kerangka kerja yang kuat untuk menggali makna-makna yang terkandung dalam karya seni seperti lagu melalui analisis tanda-tanda dan simbol-simbol yang digunakan.
Metode :
Dalam jurnal tersebut, penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretatif. Metode penelitian kualitatif memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang diteliti melalui analisis yang detail dan deskriptif, tanpa menggunakan teknik statistik. Pendekatan interpretatif memungkinkan peneliti untuk menafsirkan makna-makna yang terkandung dalam lirik lagu "Aisyah Istri Rasulullah" secara mendalam, serta untuk menggali nilai-nilai cinta dan romantika dalam rumah tangga yang terdapat dalam lirik tersebut. Dengan menggunakan metode kualitatif dan pendekatan interpretatif, penelitian tersebut dapat memberikan wawasan yang komprehensif tentang bagaimana pesan-pesan dalam lirik lagu tersebut dapat dipahami dan diinterpretasikan oleh pendengar, serta bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diteruskan dari generasi ke generasi melalui medium musik.
Hasil :
Dalam penelitian tersebut, hasil analisis menunjukkan bahwa lirik lagu "Aisyah Istri Rasulullah" mengandung nilai-nilai cinta dan romantika dalam rumah tangga yang disampaikan melalui tanda-tanda dan simbol-simbol yang terdapat dalam teks lagu. Penelitian menggunakan teori semiotika Roland Barthes untuk mengidentifikasi penanda-penanda dalam lirik lagu yang mengembangkan karakter dan konteks lagu tersebut. Secara tersirat, penggunaan kata-kata penanda dalam lirik lagu menggambarkan pembicaraan, kehangatan, perasaan, kebahagiaan, kedekatan, perhatian, kesepakatan, keandalan, kekuatan, dan ketulusan cinta. Proses pemahaman mitologi dalam lirik lagu menunjukkan beragam cara pasangan suami istri dalam mengungkapkan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari, yang merupakan ekspresi dari cinta sejati antara pasangan. Dengan demikian, analisis semiotik terhadap lirik lagu ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana nilai-nilai cinta dan romantika dalam rumah tangga disampaikan melalui medium musik, serta bagaimana pesan-pesan tersebut dapat diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui karya seni.
Kesimpulan :
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan menganalisis lirik lagu "Aisyah Istri Rasulullah" menggunakan pendekatan interpretatif deskriptif dan teori semiotika Roland Barthes, dapat disimpulkan bahwa lagu tersebut mengandung pesan-pesan tentang nilai-nilai cinta dan romantika dalam rumah tangga. Melalui tanda-tanda dan simbol-simbol yang terdapat dalam lirik lagu, penelitian ini berhasil mengungkapkan bagaimana pasangan suami istri dalam lagu tersebut mengungkapkan kasih sayang dan keintiman dalam kehidupan sehari-hari. Analisis semiotik juga memperlihatkan bagaimana lirik lagu dapat menjadi medium untuk menyampaikan pesan-pesan moral dan budaya yang dapat diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan demikian, penelitian ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana karya seni musik, seperti lagu, dapat menjadi sarana untuk menyebarkan nilai-nilai positif dalam masyarakat melalui ekspresi seni dan budaya.
Literatur Review Jurnal 4
Penulis Jurnal : Serafina Lubikrea Arsegi Cahya, Gregorius Genep
Sukendro
Judul Jurnal : Musik Sebagai Media Komunikasi Ekspresi Cinta (Analisis
Semiotika Lirik Lagu “Rumah Ke Rumah” Karya Hindia)
Teori :
Dalam
jurnal tersebut, penelitian menggunakan pendekatan teori semiotika Roland
Barthes untuk menganalisis makna dalam lirik lagu "Rumah ke Rumah"
oleh Hindia. Teori semiotika Roland Barthes menekankan pentingnya interaksi
antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, serta hubungan
antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh
penggunanya. Barthes juga mengembangkan konsep "order of
significations" yang terdiri dari denotasi (makna harfiah) dan konotasi
(makna tidak langsung). Dalam konteks analisis lirik lagu, konsep ini membantu
dalam memahami makna yang terkandung dalam kata-kata dan pesan yang disampaikan
oleh musik. Selain itu, teori semiotika Barthes juga membahas tentang mitos
sebagai penanda baru yang muncul setelah terbentuknya sign-signifier-signified,
yang kemudian membentuk tanda baru dengan konotasi yang lebih dalam.
Metode :
Dalam
jurnal tersebut, penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
jenis penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatif memungkinkan peneliti untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang diamati, dalam hal
ini adalah lirik lagu "Rumah ke Rumah" oleh Hindia sebagai media
komunikasi ekspresi cinta. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan secara detail makna lirik lagu, serta mengungkapkan makna
denotasi, konotasi, dan mitos yang terkandung di dalamnya. Dengan menggunakan
metode ini, peneliti dapat menggali informasi yang kaya dan mendalam tentang
bagaimana musik dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan
emosional dan komunikasi ekspresi cinta. Selain itu, metode penelitian
kualitatif juga memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi hubungan antara
musik, ekspresi cinta, dan teori semiotika Roland Barthes dalam konteks
komunikasi interpersonal, sehingga memberikan pemahaman yang komprehensif
tentang peran musik dalam menyampaikan pesan-pesan yang kompleks kepada
pendengar.
Hasil :
Dalam
penelitian tersebut, hasil analisis menunjukkan bahwa lirik lagu "Rumah ke
Rumah" oleh Hindia dapat dijadikan sebagai media komunikasi ekspresi
cinta. Dengan menggunakan teknik analisis data semiotika Roland Barthes,
peneliti mengungkap makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam lirik lagu
tersebut. Misalnya, kata "menyesal" diinterpretasikan sebagai rasa
ketidakbahagiaan karena ada sesuatu yang salah, sementara "cinta
monyet" didefinisikan sebagai rasa cinta antara laki-laki dan perempuan
ketika masih kanak-kanak. Analisis semiotika ini membantu dalam memahami
bagaimana ekspresi cinta terungkap melalui kata-kata dalam lirik lagu. Dengan
demikian, penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana musik
dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan emosional dan ekspresi
cinta kepada pendengar, serta menggali makna-makna yang tersembunyi dalam karya
musik.
Kesimpulan :
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap lirik lagu "Rumah ke Rumah" karya Hindia, dapat disimpulkan bahwa musik memiliki peran yang signifikan sebagai media komunikasi ekspresi cinta. Melalui analisis semiotika Roland Barthes, peneliti berhasil mengungkap makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam lirik lagu tersebut, yang menggambarkan ekspresi cinta dan rasa terima kasih terhadap individu di sekitar musisi. Lirik lagu ini juga menunjukkan bahwa ekspresi cinta tidak hanya terbatas pada hubungan romantis antara pasangan, tetapi juga dapat terwujud dalam hubungan persahabatan, keluarga, dan hubungan interpersonal lainnya. Dengan demikian, penelitian ini memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana musik dapat menjadi sarana untuk menyampaikan pesan-pesan emosional dan ekspresi cinta, serta menggali makna-makna yang tersembunyi dalam karya musik sebagai bentuk komunikasi yang universal.
Literatur Review Jurnal 5
Penulis Jurnal : Lu’lu’atul Mardiyah, Siswanto
PHM, Naka Andrian
Judul Jurnal : Semiotika Dalam Lirik Lagu Album “Monokrom” Karya Tulus
Teori :
Penelitian dalam jurnal ini menggunakan teori semiotika dari Ferdinand de Saussure. Teori ini mengkaji tentang tanda dan sistem tanda dalam bahasa, yang terdiri dari dua elemen utama yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah aspek material dari bahasa yang berupa tanda, kata, image, atau suara, sedangkan petanda adalah hasil dari pemikiran, konsep, atau gambaran mental. Dalam konteks penelitian ini, teori semiotika digunakan untuk menganalisis lirik lagu dari album "Monokrom" karya Tulus, dimana setiap lirik dianggap sebagai penanda yang mengandung makna tertentu (petanda). Analisis dilakukan dengan menghubungkan tanda-tanda dalam lirik lagu dengan realitas sosial untuk mengungkap aspek signifikasi dari lagu-lagu tersebut.
Penggunaan teori semiotika memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi dan memahami bagaimana lirik lagu dapat menyampaikan pesan dan makna yang lebih dalam kepada pendengarnya. Dalam penelitian ini, penekanan diberikan pada bagaimana elemen-elemen linguistik dalam lirik lagu berfungsi sebagai tanda yang memiliki makna yang dapat ditafsirkan melalui konteks sosial dan budaya. Ini memungkinkan penelitian untuk mengungkap nilai-nilai cinta, motivasi, dan optimisme yang ada dalam lagu-lagu di album "Monokrom".
Metode :
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data kualitatif berupa lirik lagu dari album "Monokrom" karya Tulus yang kemudian dianalisis untuk mengidentifikasi penanda, petanda, dan aspek signifikasi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi nonpartisipan, di mana peneliti tidak berpartisipasi langsung dalam objek penelitian tetapi mengamati dan menganalisis lirik lagu. Selain itu, studi pustaka juga digunakan untuk mendukung teori yang digunakan dalam penelitian.
Hasil :
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa dalam lirik lagu album "Monokrom" karya Tulus terdapat berbagai tanda yang mencakup penanda (signifier) dan petanda (signified) serta aspek signifikasi. Penanda dalam lirik lagu meliputi kata-kata dan frasa yang digunakan dalam setiap bait lagu, sedangkan petanda mencakup makna yang lebih dalam seperti nilai motivasi, cinta, dan optimisme. Misalnya, nilai cinta dalam lagu-lagu tersebut bisa berupa rasa kecewa, rasa jatuh cinta, dan rasa kasih sayang. Sedangkan nilai optimisme tercermin dalam semangat pantang menyerah, kerja keras, dan penghargaan terhadap hak serta penilaian orang lain. Penelitian ini berhasil mengidentifikasi dan mendeskripsikan berbagai makna yang terkandung dalam lirik lagu, mengungkap bagaimana Tulus menggunakan lirik untuk menyampaikan pesan-pesan positif kepada pendengarnya.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa lirik lagu dalam album "Monokrom" karya Tulus memiliki kedalaman makna yang signifikan, yang dapat dianalisis menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure. Setiap lirik dalam lagu album tersebut berfungsi sebagai penanda yang mengandung petanda berupa nilai-nilai motivasi, cinta, dan optimisme. Penelitian ini menunjukkan bahwa melalui analisis semiotika, dapat diungkap berbagai pesan dan makna yang disampaikan oleh Tulus dalam lirik lagunya, yang berkontribusi pada daya tarik dan pengaruh emosional lagu-lagu tersebut pada pendengarnya.
Literatur Review Jurnal 6
Penulis Jurnal : Henny Sri Kusumawati, Nuryani Tri Rahayu, Dwi Fitriana
Judul Jurnal : Analisis Semiotika Model Roland
Barthes Pada Makna Lagu “Rembulan” Karya Ipha Hadi Sasono
Teori :
Jurnal ini menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Teori ini menganggap bahwa setiap tanda memiliki dua tingkat makna: denotatif dan konotatif. Denotasi adalah makna langsung atau literal dari sebuah tanda, sedangkan konotasi adalah makna tambahan yang berkaitan dengan budaya, emosi, dan nilai-nilai sosial. Dalam analisis semiotika Barthes, peneliti memfokuskan pada bagaimana tanda-tanda dalam lirik lagu "Rembulan" oleh Ipha Hadi Sasono menyampaikan pesan melalui makna-makna tersebut. Barthes juga memperkenalkan konsep mitos, di mana tanda-tanda dapat digunakan untuk membangun ideologi tertentu dalam masyarakat. Dengan menggunakan teori ini, peneliti dapat menguraikan bagaimana simbol-simbol dalam lagu membentuk narasi tentang percintaan dan perasaan.
Metode :
Metode penelitian
yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif dengan teknik analisis
semiotika Roland Barthes. Sumber data yang digunakan meliputi data primer
berupa lirik lagu "Rembulan" dan data sekunder dari wawancara dengan
masyarakat usia 21-24 di kalangan karang taruna Desa Gentan. Teknik pengumpulan
data meliputi analisis konten dan wawancara, sedangkan teknik keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber. Analisis semiotika dilakukan dengan
mengidentifikasi dan menafsirkan simbol-simbol dalam lirik lagu untuk
mengungkapkan makna denotatif dan konotatif yang terkandung di dalamnya. Dengan
pendekatan ini, peneliti dapat memberikan interpretasi mendalam tentang pesan
yang disampaikan melalui lagu
Hasil :
Hasil analisis dari
penelitian ini menunjukkan bahwa lagu "Rembulan" karya Ipha Hadi
Sasono mengandung dua macam simbol utama: simbol verbal dan simbol non-verbal.
Simbol verbal berupa syair atau lirik lagu yang mengandung makna tentang
percintaan dan hubungan antar individu. Sementara itu, simbol non-verbal berupa
elemen-elemen musik yang indah dan lembut, yang bersama-sama dengan lirik
membentuk kesan harmonis dan menyentuh hati. Persepsi masyarakat terhadap lagu
ini sangat positif, di mana lagu ini dianggap mampu mendorong kreativitas dan
memberikan inspirasi kepada anak muda untuk berkarya. Lagu ini juga
diinterpretasikan sebagai ungkapan emosi yang dapat memperkuat ikatan sosial
dan memperkaya pengalaman musikal pendengarnya
Kesimpulan :
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa lagu "Rembulan" oleh Ipha Hadi Sasono
berhasil menyampaikan pesan tentang percintaan melalui penggunaan simbol-simbol
verbal dan non-verbal. Melalui analisis semiotika Roland Barthes, peneliti
menemukan bahwa makna denotatif dan konotatif dari lirik dan elemen musik
menciptakan narasi yang dapat diterima dengan baik oleh masyarakat, khususnya
generasi muda. Lagu ini tidak hanya menjadi media ekspresi emosi tetapi juga
alat untuk mendorong kreativitas dan semangat berkarya di kalangan anak muda.
Dengan demikian, penelitian ini menegaskan pentingnya musik sebagai medium
komunikasi yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan budaya dan sosial.
Literatur Review Jurnal 7
Penulis Jurnal : Dewi Kartika Sari
Judul Jurnal : Analisis Semiotika Lirik Lagu Berjudul “Online”
Teori :
Teori yang digunakan dalam jurnal ini adalah teori semiotika dari Ferdinand de Saussure. Saussure memandang bahasa sebagai sistem tanda yang terdiri dari dua komponen utama: penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk fisik dari sebuah tanda, seperti bunyi atau tulisan, sementara petanda adalah konsep atau makna yang diasosiasikan dengan penanda tersebut. Dalam analisis semiotik, hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan alami antara bentuk fisik tanda dan makna yang diwakilinya; hubungan tersebut ditentukan oleh konvensi sosial.
Teori semiotika Saussure digunakan untuk menganalisis lirik lagu sebagai tanda yang memiliki penanda berupa kata-kata dalam lirik dan petanda berupa makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk memahami bagaimana makna dibentuk dan dikomunikasikan melalui lirik lagu, serta bagaimana lirik tersebut mencerminkan dan mempengaruhi konteks sosial dan budaya di mana lagu tersebut diciptakan dan didengarkan
Metode :
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini melibatkan pengumpulan data melalui observasi langsung terhadap lirik lagu "Online" dan "Kamu" serta analisis dokumen yang relevan. Data yang dikumpulkan dianalisis secara induktif, dimana peneliti memaknai data yang diperoleh untuk membuat interpretasi dan kesimpulan. Langkah-langkah dalam penelitian ini meliputi seleksi dan perumusan masalah penelitian, pengumpulan data, analisis data, serta pelaporan hasil penelitian sesuai dengan prosedur ilmiah. Triangulasi dokumen dilakukan untuk menguji objektivitas hasil penelitian.
Hasil :
Hasil analisis
penelitian ini menunjukkan bahwa lagu berjudul "Online" oleh Saykoji
menggambarkan karakteristik masyarakat era informasi pada waktu itu. Lirik lagu
ini mencerminkan perubahan sosial yang terjadi akibat perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, serta bagaimana individu berinteraksi dalam konteks
media digital. Lagu ini menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami dan
mengandung pesan-pesan yang relevan dengan kehidupan masyarakat modern, seperti
ketergantungan pada teknologi dan media sosial. Analisis semiotika menunjukkan
bahwa lirik lagu ini tidak hanya menghibur, tetapi juga berfungsi sebagai
kritik sosial terhadap fenomena yang terjadi dalam masyarakat.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa lagu "Online" oleh Saykoji tidak hanya
merupakan produk budaya pop yang populer, tetapi juga sebuah refleksi kritis
terhadap kondisi sosial masyarakat di era informasi. Melalui analisis
semiotika, ditemukan bahwa lirik lagu ini menggambarkan ketergantungan
masyarakat pada teknologi dan media sosial, serta dampaknya terhadap interaksi
sosial dan identitas individu. Lagu ini berhasil menangkap esensi dari
perubahan sosial yang terjadi, menjadikannya relevan tidak hanya sebagai
hiburan tetapi juga sebagai bahan kajian akademis tentang dinamika masyarakat
modern.
Literatur Review Jurnal 8
Penulis Jurnal : Ayu Widyaningrum, Wira
Pratiwi. S
Judul Jurnal : Analisis Semiotik Terhadap Lagu “Seperti Para Koruptor Dan Gosip
Jalanan”
Teori :
Jurnal ini menggunakan teori semiotika untuk menganalisis lirik lagu. Teori semiotika, yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, berfokus pada studi tanda dan simbol sebagai bagian dari komunikasi. Dalam konteks ini, tanda terdiri dari dua komponen: penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk fisik dari tanda yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan, seperti kata, gambar, atau bunyi. Petanda adalah konsep mental atau makna yang dikaitkan dengan penanda tersebut. Dalam analisis lirik lagu, peneliti mengidentifikasi dan menginterpretasikan penanda dan petanda untuk memahami makna yang lebih dalam dari teks tersebut.
Selain itu, jurnal ini juga mengacu pada pendekatan sintagmatik dan paradigmatik dalam semiotika. Hubungan sintagmatik merujuk pada cara tanda-tanda diatur secara linear dalam suatu teks atau tuturan, sementara hubungan paradigmatik berhubungan dengan pilihan tanda-tanda yang dapat menggantikan satu sama lain dalam konteks tertentu. Analisis ini membantu dalam mengungkap bagaimana makna dibangun melalui struktur dan pilihan kata dalam lirik lagu
Metode :
Metode penelitian yang
digunakan dalam jurnal ini adalah metode observasi dan analisis dokumen. Data
primer diperoleh melalui observasi langsung terhadap lirik lagu yang
dianalisis, sedangkan data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber literatur
seperti jurnal, buku, dan dokumen lain yang mendukung analisis. Proses
pengumpulan data dilakukan dengan mengamati dan mencatat setiap elemen yang
terdapat dalam lirik lagu, kemudian dianalisis menggunakan teori semiotika
untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan tanda dan simbol yang terkandung
di dalamnya. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang makna yang disampaikan melalui lirik lagu.
Hasil :
Hasil analisis dari
penelitian ini menunjukkan bahwa lirik lagu yang dianalisis memiliki makna
mendalam yang dikaitkan dengan kritik sosial dan politik. Misalnya, lagu-lagu
yang dibahas dalam jurnal ini sering kali mengandung kritik terhadap korupsi
dan ketidakadilan sosial, yang disampaikan melalui penggunaan tanda-tanda dan
simbol-simbol tertentu dalam liriknya. Melalui analisis semiotika, peneliti
berhasil mengungkap bagaimana struktur dan pilihan kata dalam lirik lagu
menciptakan makna yang kuat dan mempengaruhi pendengar. Penelitian ini juga
menemukan bahwa lirik lagu tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi
juga sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan kritis dan refleksi sosial.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa lirik lagu memiliki potensi besar sebagai alat
komunikasi yang efektif untuk menyampaikan kritik sosial dan politik. Melalui
analisis semiotika, peneliti mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan
tanda dan simbol yang digunakan dalam lirik lagu untuk mengungkap makna
tersembunyi di balik kata-kata. Penelitian ini menegaskan pentingnya memahami
konteks dan struktur lirik lagu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam
tentang pesan yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu. Dengan demikian, lirik
lagu dapat dilihat sebagai bentuk ekspresi budaya yang kompleks dan kaya akan
makna.
Literatur Review Jurnal 9
Penulis Jurnal : Dhea Cahyanti Rizki,
Neri Nurtiana Restu, Rewina Fitra Dianti, Yeni Maryati
Judul Jurnal : Analisis Semiotika Pada Kumpulan Lagu Karya Mahalini Raharja
Teori :
Jurnal ini menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure yang menitikberatkan pada konsep signifier (penanda) dan signified (petanda). Teori ini menganalisis bagaimana tanda-tanda dalam bahasa, khususnya lirik lagu, dapat memberikan makna tertentu. Ferdinand de Saussure, sebagai bapak linguistik modern, menyatakan bahwa tanda linguistik terdiri dari dua komponen utama: signifier, yang merupakan bentuk fisik dari tanda tersebut (seperti kata, suara, atau gambar), dan signified, yaitu konsep atau makna yang diwakili oleh tanda tersebut. Dalam konteks lirik lagu, penanda adalah kata-kata atau frasa yang digunakan dalam lagu, sementara petanda adalah makna atau konsep yang ingin disampaikan oleh penyanyi atau penulis lirik melalui kata-kata tersebut. Jurnal ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasi penanda dan petanda dalam lirik-lirik lagu karya Mahalini Raharja, yaitu "Kisah Sempurna," "Sisa Rasa," "Melawan Restu," dan "Bawa Dia Kembali."
Metode :
Metode penelitian yang
digunakan dalam jurnal ini adalah metode analisis konten. Peneliti mengumpulkan
data melalui teknik observasi non-partisipan dan studi pustaka. Observasi
non-partisipan dilakukan dengan mengamati lirik lagu tanpa terlibat langsung dalam
aktivitas yang berkaitan dengan lagu tersebut. Studi pustaka melibatkan
pembacaan dan pencatatan informasi dari berbagai literatur yang relevan.
Setelah mengumpulkan data, peneliti membagi lirik lagu karya Mahalini Raharja
menjadi beberapa baris dan menganalisisnya menggunakan teori semiotika
Ferdinand de Saussure. Data yang dianalisis meliputi 28 data yang diambil dari
lirik lagu "Kisah Sempurna," "Sisa Rasa," "Melawan
Restu," dan "Bawa Dia Kembali." Teknik triangulasi teori
digunakan untuk memastikan validitas hasil penelitian dengan membandingkan
hasil analisis dengan teori semiotika yang digunakan.
Hasil :
Hasil analisis
menunjukkan bahwa dalam lirik-lirik lagu karya Mahalini Raharja terdapat banyak
tanda-tanda linguistik yang menggambarkan berbagai emosi dan pengalaman cinta.
Misalnya, dalam lagu "Bawa Dia Kembali," penanda seperti
"kedatanganmu mengisi sepiku" dan "dengarlah doaku yang tak
pernah meminta" menggambarkan kerinduan dan harapan seseorang untuk
kembali bersatu dengan mantannya. Setiap tanda linguistik dianalisis untuk
mengungkapkan petanda atau makna yang lebih dalam, yang menggambarkan perasaan
cinta, kerinduan, dan patah hati. Peneliti menemukan bahwa lirik-lirik ini
tidak hanya menceritakan kisah cinta yang sederhana tetapi juga menyampaikan
makna yang mendalam tentang hubungan manusia dan emosi yang kompleks. Total
terdapat 28 data penanda dan petanda yang berhasil diidentifikasi dan
dianalisis dalam kumpulan lagu ini.
Kesimpulan :
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa lirik lagu karya Mahalini Raharja mengandung banyak makna
yang dapat dianalisis menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure.
Penanda dan petanda dalam lirik lagu ini menggambarkan berbagai aspek emosi
manusia, terutama yang berkaitan dengan cinta dan patah hati. Dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis konten, penelitian ini
berhasil mengidentifikasi 28 data yang menunjukkan bagaimana tanda-tanda
linguistik dalam lirik lagu dapat mengungkapkan makna yang lebih dalam.
Penelitian ini memberikan kontribusi dalam pemahaman lebih lanjut tentang
bagaimana lirik lagu dapat dianalisis secara semiotika untuk mengungkapkan
makna-makna yang tersembunyi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang semiotika
dan analisis lirik lagu.
Literatur Review Jurnal 10
Penulis Jurnal : Sevira Revima Azzahra,
Eko Hartanto
Judul Jurnal : Semiotika Makna Pesan Motivasi Pada Lagu “Secukupnya” Karya
Hindia
Teori :
Jurnal ini menggunakan teori semiotika dari Ferdinand de Saussure. Saussure menyatakan bahwa setiap tanda terdiri dari dua komponen utama: penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk material dari bahasa, seperti bunyi atau tulisan yang memiliki makna, sedangkan petanda adalah konsep mental atau gambaran yang dihasilkan dari penanda tersebut. Teori ini menekankan bahwa tanda tidak hanya memiliki bentuk fisik tetapi juga ide atau konsep yang ditandai. Dalam konteks penelitian ini, teori Saussure digunakan untuk menganalisis lirik lagu "Secukupnya" karya Hindia dengan membagi lirik menjadi beberapa bait dan menginterpretasikan makna setiap bait berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda
Metode :
Metode penelitian yang
digunakan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan
data melalui observasi non-partisipan dan studi kepustakaan. Dalam analisis
lirik lagu "Secukupnya" oleh Hindia, peneliti membagi lirik lagu menjadi
beberapa bait dan menganalisis setiap bait menggunakan teori semiotika dari
Saussure. Metode ini memungkinkan peneliti untuk melakukan interpretasi yang
mendalam terhadap tanda-tanda dalam lirik lagu dan mengaitkannya dengan konteks
sosial yang relevan.
Hasil :
Hasil analisis dari
penelitian ini menunjukkan bahwa lirik lagu "Secukupnya" oleh Hindia
mengandung makna yang mendalam tentang motivasi hidup. Lirik tersebut
menggambarkan berbagai perasaan dan situasi yang dialami oleh manusia modern,
seperti kecemasan dan ketidakpastian tentang masa depan. Analisis semiotika
menunjukkan bahwa tanda-tanda dalam lirik lagu ini tidak hanya berhubungan
dengan perasaan individu tetapi juga dengan realitas sosial yang lebih luas.
Pesan yang disampaikan melalui lirik lagu ini adalah pentingnya menjalani hidup
dengan cukup, menerima keadaan, dan tidak terlalu terbebani oleh masa lalu atau
masa depan. Pesan ini bertujuan untuk memotivasi pendengar agar lebih tenang
dan bijaksana dalam menghadapi kehidupan.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari penelitian
ini adalah bahwa lirik lagu "Secukupnya" karya Hindia mengandung
pesan motivasi yang kuat untuk menghadapi hidup dengan lebih tenang dan
bijaksana. Analisis semiotika menunjukkan bahwa melalui hubungan antara penanda
dan petanda, lirik lagu ini menyampaikan pesan untuk tidak terlalu khawatir
tentang masa depan atau menyesali masa lalu. Pentingnya menerima keadaan dan
menjalani hidup dengan cukup menjadi inti dari makna yang disampaikan.
Penelitian ini menunjukkan bagaimana musik dan lirik lagu dapat menjadi media
yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan motivasi yang relevan dengan
kehidupan sosial saat ini.
Literatur Review Jurnal 11
Penulis Jurnal : Shinta Widyanti Putri,
Bambang Sulanjari
Judul Jurnal : Kajian Semiotika Dalam Lagu Satru Ciptaan Denny Caknan
Teori :
Teori semiotika yang digunakan dalam jurnal ini merujuk pada pendekatan semiotika yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce. Saussure memandang semiotika sebagai studi tentang tanda-tanda dan bagaimana tanda-tanda tersebut membentuk makna dalam konteks sosial. Dalam pandangannya, tanda terdiri dari dua komponen utama: penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk fisik dari tanda, sedangkan petanda adalah konsep atau makna yang dirujuk oleh penanda. Kombinasi dari keduanya membentuk suatu tanda yang memiliki makna tertentu dalam konteks budaya dan linguistik tertentu. Saussure juga menekankan bahwa hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer, yang berarti tidak ada hubungan alami antara keduanya, melainkan ditentukan oleh konvensi sosial.
Di sisi lain, teori semiotika Peirce memperkenalkan tiga kategori tanda: ikon, indeks, dan simbol. Ikon adalah tanda yang memiliki kemiripan fisik dengan objek yang diwakilinya. Indeks adalah tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat atau eksistensial dengan objeknya. Sementara itu, simbol adalah tanda yang hubungannya dengan objeknya ditentukan oleh aturan atau konvensi yang disepakati secara sosial. Pendekatan Peirce memberikan pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana tanda berfungsi dalam berbagai konteks, termasuk dalam analisis teks, gambar, dan praktik budaya. Dalam jurnal ini, teori semiotika diterapkan untuk menganalisis bagaimana tanda-tanda tertentu digunakan dan dimaknai dalam konteks komunikasi visual dan teks, memberikan wawasan tentang proses pembentukan makna dan interpretasi di dalam masyarakat.
Metode :
Metode penelitian yang
digunakan dalam jurnal ini adalah analisis konten kualitatif. Analisis konten
kualitatif melibatkan penguraian dan interpretasi tanda-tanda dan simbol-simbol
dalam teks dan visual untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya. Peneliti
mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk media cetak, media digital,
dan karya seni, kemudian menganalisis elemen-elemen semiotika seperti penanda,
petanda, ikon, indeks, dan simbol. Proses analisis ini mencakup identifikasi
pola-pola makna, interpretasi kontekstual, dan penjelasan tentang bagaimana
tanda-tanda tersebut berfungsi dalam menghasilkan makna dan komunikasi.
Hasil :
Hasil analisis dari
penelitian jurnal ini menunjukkan bahwa tanda-tanda dan simbol-simbol dalam
komunikasi visual dan teks memiliki peran penting dalam membentuk makna dan
mempengaruhi interpretasi audiens. Analisis menunjukkan bahwa tanda-tanda
visual seperti gambar, warna, dan tata letak, serta elemen teks seperti pilihan
kata dan struktur kalimat, semuanya berkontribusi pada pembentukan makna.
Penelitian ini juga menemukan bahwa konteks budaya dan sosial sangat
mempengaruhi bagaimana tanda-tanda tersebut diinterpretasikan. Sebagai contoh,
tanda yang sama dapat memiliki makna yang berbeda di berbagai konteks budaya
atau sosial, menunjukkan bahwa makna tidak hanya ditentukan oleh bentuk fisik
tanda tetapi juga oleh latar belakang dan pengalaman audiens.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari
penelitian jurnal ini adalah bahwa analisis semiotika merupakan alat yang
efektif untuk memahami bagaimana makna dibentuk dan diinterpretasikan dalam
komunikasi visual dan teks. Penelitian ini menegaskan pentingnya memahami
konteks budaya dan sosial dalam analisis tanda-tanda, karena makna tidak hanya
bergantung pada bentuk fisik tanda tetapi juga pada interpretasi yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Dengan demikian, pendekatan semiotika
dapat memberikan wawasan yang mendalam tentang proses komunikasi dan
pembentukan makna, serta bagaimana tanda-tanda digunakan untuk mempengaruhi
persepsi dan tindakan audiens.
Literatur Review Jurnal 12
Penulis Jurnal : E.Regi Trinanda, Sholihul
Abidin
Judul Jurnal : Analisis Semiotika Dari Lirik Lagu Esok Kan Bahagia Yang Dipopulerkan
Oleh Group Band D’Masiv
Teori :
Dalam jurnal tersebut, teori semiotika yang digunakan adalah teori semiotika Ferdinand de Saussure. Saussure membagi tanda menjadi dua komponen utama, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk fisik dari sebuah tanda, misalnya suara atau gambar, sedangkan petanda adalah konsep mental yang dirujuk oleh penanda. Menurut Saussure, hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer dan konvensional, artinya tidak ada hubungan alami antara keduanya, tetapi hubungan tersebut dibentuk melalui kesepakatan sosial dalam suatu komunitas bahasa.
Teori semiotika Saussure menekankan pentingnya memahami bagaimana tanda-tanda berfungsi dalam sistem linguistik untuk membentuk makna. Dalam konteks penelitian pada lirik lagu "Esok Kan Bahagia" oleh D'Masiv, teori ini diaplikasikan dengan cara membedah lirik lagu menjadi beberapa bagian, seperti verse, chorus, dan coda, untuk kemudian dianalisis maknanya berdasarkan hubungan antara penanda dan petanda. Analisis ini membantu menafsirkan makna motivasional yang terkandung dalam lirik, sesuai dengan teori motivasi Victor Vroom yang juga digunakan dalam penelitian ini
Metode :
Metode penelitian yang
digunakan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif. Metode ini bertujuan untuk
mengungkap makna secara mendalam melalui pengumpulan dan analisis data yang
detail. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber
pustaka seperti buku, jurnal, dan halaman web yang berkaitan dengan topik
penelitian. Peneliti juga mendengarkan lagu, memahami lirik, dan membedahnya
menjadi beberapa bait untuk kemudian dianalisis menggunakan teori semiotika
Saussure. Analisis teks dilakukan dengan membagi lirik menjadi beberapa bagian
dan menafsirkan makna setiap bagian sesuai dengan teori semiotika.
Hasil :
Hasil analisis dari
penelitian pada lirik lagu "Esok Kan Bahagia" menunjukkan bahwa lirik
lagu tersebut mengandung pesan motivasi yang kuat. Setiap bait dalam lirik lagu
memotivasi pendengar untuk tetap optimis dan tidak menyerah dalam menghadapi
berbagai masalah. Misalnya, bait pertama mengajarkan bahwa setiap musibah yang
dialami akan mendapatkan balasan yang baik. Bait kedua menekankan pentingnya
mengikhlaskan segala sesuatu yang telah terjadi dan tetap optimis terhadap masa
depan. Analisis menggunakan teori semiotika Saussure dan teori motivasi Victor
Vroom menunjukkan bahwa harapan dapat menjadi motivasi yang kuat bagi seseorang
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Setiap bagian lirik yang dianalisis
menunjukkan bahwa lagu ini dapat memberikan semangat dan motivasi bagi
pendengarnya.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa lirik lagu "Esok Kan Bahagia" oleh
D'Masiv memiliki makna motivasi yang mendalam yang dapat memotivasi pendengar
untuk tetap optimis dan terus berusaha mencapai tujuan mereka. Analisis
menggunakan teori semiotika Ferdinand de Saussure dan teori motivasi Victor
Vroom menunjukkan bahwa makna yang terkandung dalam lirik lagu dapat memberikan
dorongan motivasional yang kuat. Harapan yang ditanamkan melalui lirik lagu ini
dapat membantu pendengar untuk menghadapi tantangan dengan semangat dan
keyakinan bahwa setiap usaha yang dilakukan akan membuahkan hasil yang baik di
kemudian hari.
Literatur Review Jurnal 13
Penulis Jurnal : Ira Wijayanti, Meirina
Lani Anggapuspa
Judul Jurnal : Kajian Semiotika Video Musik Berjudul Instagram Oleh Dean
Teori :
Dalam jurnal tersebut,
teori semiotika yang digunakan adalah teori dari Roland Barthes. Barthes
mengembangkan konsep semiotika dengan fokus pada hubungan antara tanda, penanda
(signifier), dan petanda (signified). Ia memperluas teori semiotika Saussure dengan
mengintroduksi konsep konotasi dan denotasi. Denotasi adalah makna literal dari
sebuah tanda, sedangkan konotasi adalah makna tambahan yang melekat pada tanda
tersebut, dipengaruhi oleh budaya dan konteks sosial.
Barthes juga memperkenalkan konsep mitos, di mana tanda tidak hanya memiliki makna literal tetapi juga membawa ideologi tertentu yang diperkuat oleh budaya. Dalam konteks penelitian jurnal ini, teori Barthes diterapkan untuk menganalisis elemen visual dan pesan tersembunyi dalam video musik "Instagram" oleh Dean. Penggunaan teori Barthes memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi bagaimana elemen-elemen visual dalam video musik tersebut menyampaikan pesan-pesan tertentu dan membangun makna yang lebih dalam melalui konotasi dan mitos.
Metode :
Metode penelitian yang
digunakan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif deskriptif. Penelitian ini
menggunakan data primer yang berupa video musik "Instagram" oleh Dean
dan data hasil korespondensi. Metode ini melibatkan proses pengumpulan data
melalui observasi langsung terhadap video musik dan pengambilan screenshot dari
potongan scene yang kemudian dianalisis menggunakan teori semiotika Barthes.
Dengan metode ini, peneliti dapat mengeksplorasi bagaimana berbagai elemen
visual dan audio dalam video musik tersebut berfungsi sebagai tanda-tanda yang
membawa makna tertentu.
Hasil :
Hasil analisis dari
penelitian ini menunjukkan bahwa video musik "Instagram" oleh Dean
mengandung berbagai tanda yang memiliki makna konotatif dan denotatif.
Misalnya, adegan di mana seorang remaja laki-laki menutup wajahnya dengan
tangan, mengandung tanda Qualisign yang menunjukkan rasa malu atau keinginan
untuk menyembunyikan perasaan. Selain itu, penggunaan hashtag (#) dalam video
juga berfungsi sebagai tanda Dicent Indexical Legisign, yang menggambarkan
fenomena sosial media dan tren komunikasi digital saat ini. Analisis juga
menemukan bahwa video ini menyampaikan pesan-pesan tertentu tentang identitas
diri dan pencarian jati diri melalui penggunaan elemen visual yang simbolis dan
penuh makna.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa video musik "Instagram" oleh Dean
berhasil menyampaikan pesan-pesan kompleks tentang identitas dan dinamika
sosial di era digital melalui penggunaan tanda-tanda visual dan audio yang
dianalisis menggunakan teori semiotika Barthes. Video ini tidak hanya
menawarkan hiburan, tetapi juga mengandung makna mendalam yang mengajak
penonton untuk merenungkan hubungan mereka dengan media sosial dan identitas
diri. Dengan pendekatan kualitatif deskriptif, penelitian ini memberikan
wawasan yang kaya tentang bagaimana elemen-elemen visual dalam video musik
dapat berfungsi sebagai medium komunikasi yang kuat dan penuh makna.
Literatur Review Jurnal 14
Penulis Jurnal : Ayu Putri Utami, Tutut
Ismi Wahidar, Ismandianto
Judul Jurnal : Analisis Semiotika Dalam Lagu Keluh Rimbang Kesah Baling
Pada Isu Lingkungan Di Riau
Teori :
Dalam jurnal ini, teori semiotika yang digunakan adalah teori Roland Barthes. Barthes dikenal dengan konsepnya tentang dua tatanan pertandaan (order of significations), yang terdiri atas denotasi, konotasi, dan mitos. Denotasi merujuk pada makna sebenarnya dari suatu tanda, sementara konotasi adalah makna kultural atau makna yang muncul dari konteks budaya. Mitos, menurut Barthes, terbentuk ketika konotasi menjadi pemikiran populer di masyarakat. Pendekatan ini memungkinkan analisis yang lebih mendalam terhadap bagaimana tanda-tanda tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai pembawa makna-makna kultural yang lebih dalam.
Barthes mengembangkan pendekatan ini untuk menunjukkan bagaimana makna-makna diproduksi dan direproduksi dalam masyarakat. Misalnya, dalam konteks jurnal ini, analisis semiotika Barthes digunakan untuk menguraikan makna-makna yang terkandung dalam lirik lagu “Keluh Rimbang Kesah Baling”. Melalui tiga tatanan pertandaan ini, peneliti dapat menjelaskan bagaimana lirik lagu tidak hanya menyampaikan pesan eksplisit tentang isu-isu lingkungan tetapi juga mengandung makna-makna kultural yang lebih dalam, yang dapat membentuk mitos di masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan.
Metode :
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah analisis semiotika Roland Barthes. Metode ini melibatkan tiga tahap utama: identifikasi makna denotatif, konotatif, dan mitos dari tanda-tanda yang dianalisis. Dalam konteks penelitian ini, peneliti menganalisis lirik lagu “Keluh Rimbang Kesah Baling” untuk mengidentifikasi makna eksplisit (denotatif), makna yang muncul dari konteks budaya (konotatif), dan mitos yang terbentuk dalam masyarakat. Melalui analisis ini, peneliti dapat memahami bagaimana lagu tersebut menyampaikan pesan-pesan lingkungan dan bagaimana pesan-pesan tersebut dapat mempengaruhi pemahaman dan sikap masyarakat terhadap isu lingkungan.
Hasil :
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa lirik lagu “Keluh Rimbang Kesah Baling” mengandung makna denotatif yang jelas tentang keprihatinan terhadap kerusakan lingkungan di kawasan Suaka Margasatwa Rimbang Baling. Makna konotatif dari lirik ini mencerminkan kekaguman terhadap keindahan alam dan keprihatinan terhadap dampak negatif dari aktivitas manusia seperti penambangan dan deforestasi. Selain itu, melalui analisis mitos, ditemukan bahwa lagu ini membentuk narasi populer di masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan bahaya yang mengancam jika kawasan tersebut terus dieksploitasi. Lagu ini tidak hanya menginspirasi kesadaran lingkungan tetapi juga membangun mitos tentang tanggung jawab manusia dalam menjaga alam.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa lirik lagu “Keluh Rimbang Kesah Baling” secara
efektif mengkomunikasikan pesan-pesan tentang pelestarian lingkungan melalui
penggunaan tanda-tanda yang kaya akan makna denotatif, konotatif, dan mitos.
Melalui analisis semiotika Roland Barthes, peneliti berhasil menguraikan
bagaimana lirik lagu tersebut tidak hanya menyampaikan kekhawatiran terhadap
kerusakan lingkungan tetapi juga membentuk pemahaman kultural dan mitos yang
mendorong masyarakat untuk lebih peduli terhadap isu-isu lingkungan. Lagu ini
menjadi alat yang kuat dalam mengedukasi dan menginspirasi masyarakat untuk
menjaga dan melestarikan lingkungan.
Literatur Review Jurnal 15
Penulis Jurnal : Axcell Nathaniel,
Amelia Wisda Sannie
Judul Jurnal : Analisis Semiotika Makna Kesendirian Pada Lirik Lagu “Ruang
Sendiri” Karya Tulus
Teori :
Jurnal ini menggunakan teori semiotika dari Ferdinand De Saussure. Saussure menganggap bahasa sebagai sistem tanda yang terdiri dari dua komponen utama, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah bentuk fisik dari suatu tanda, seperti bunyi atau gambar, sementara petanda adalah konsep atau makna yang diwakili oleh penanda. Saussure menekankan bahwa hubungan antara penanda dan petanda bersifat arbitrer, artinya tidak ada hubungan alami antara keduanya. Dalam konteks penelitian ini, teori semiotika Saussure digunakan untuk menganalisis lirik lagu "Diri" karya Tulus, dengan fokus pada bagaimana kata-kata dalam lirik tersebut membentuk makna melalui hubungan antara penanda dan petanda.
Teori semiotika Saussure memberikan kerangka kerja untuk memahami bagaimana tanda-tanda linguistik bekerja dalam budaya dan komunikasi. Dengan memandang bahasa sebagai sistem tanda, Saussure membuka jalan bagi analisis mendalam terhadap struktur dan fungsi tanda dalam berbagai konteks sosial. Dalam penelitian ini, pendekatan semiotika digunakan untuk mengeksplorasi bagaimana makna dibentuk dan diinterpretasikan dalam lirik lagu, serta bagaimana lirik tersebut berinteraksi dengan budaya dan pengalaman pendengarnya.
Metode :
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yang meliputi penelitian kepustakaan, dokumentasi, dan pengamatan langsung. Metode ini memungkinkan peneliti untuk menggali makna yang lebih dalam dari lirik lagu melalui analisis semiotika. Dalam konteks penelitian ini, analisis semiotika Saussure digunakan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan penanda dan petanda dalam lirik lagu "Diri". Teknik pengumpulan data melibatkan pengumpulan berbagai sumber yang relevan, termasuk teks lirik, dan kemudian menganalisisnya untuk memahami bagaimana tanda-tanda linguistik tersebut membentuk makna.
Hasil :
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa lirik lagu "Diri" karya Tulus mengandung makna yang kompleks dan kaya. Melalui pendekatan semiotika Saussure, ditemukan bahwa setiap kata dan frase dalam lirik lagu berfungsi sebagai penanda yang berhubungan dengan petanda tertentu, membentuk makna yang mendalam. Misalnya, penggunaan kata-kata tertentu dalam lirik menggambarkan perasaan introspeksi dan refleksi diri, yang diinterpretasikan sebagai upaya penulis lagu untuk mengajak pendengarnya merenungkan diri mereka sendiri. Analisis ini juga menunjukkan bagaimana lirik lagu tersebut berinteraksi dengan konteks budaya dan sosial, mencerminkan nilai-nilai dan pengalaman kolektif pendengarnya.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa lirik lagu "Diri" karya Tulus memiliki makna yang dalam dan kompleks yang dapat diungkap melalui analisis semiotika Ferdinand De Saussure. Pendekatan kualitatif deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan peneliti untuk memahami bagaimana tanda-tanda linguistik dalam lirik lagu membentuk makna melalui hubungan antara penanda dan petanda. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa lirik lagu tidak hanya berfungsi sebagai media hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk refleksi diri dan komunikasi nilai-nilai budaya dan sosial. Dengan demikian, analisis semiotika dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang makna yang terkandung dalam karya seni seperti lirik lagu.
Literatur Review Jurnal 16
Penulis Jurnal : Viola Rezkhika Aulia
Putri Kurnia, Alex Sobur
Judul Jurnal : Makna Motivasi Pada Lirik Lagu “Diri” Karya Tulus
Teori :
Penelitian ini
menggunakan teori semiotika dari Ferdinand de Saussure. Semiotika adalah ilmu
yang mempelajari tanda dan bagaimana tanda-tanda tersebut membentuk makna dalam
konteks sosial dan budaya. Menurut Saussure, setiap tanda terdiri dari dua
komponen utama, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda
adalah bentuk fisik dari tanda, seperti suara atau gambar, sedangkan petanda
adalah konsep atau makna yang diwakili oleh penanda tersebut. Saussure
berpendapat bahwa hubungan antara penanda dan petanda adalah arbitrer dan
konvensional, artinya makna tanda ditentukan oleh kesepakatan sosial dan budaya
yang berlaku.
Dalam konteks penelitian ini, teori semiotika digunakan untuk menganalisis makna lirik lagu "Diri" karya Tulus. Lagu ini dipilih karena mengandung pesan tentang pentingnya mencintai diri sendiri dan menghargai setiap individu. Dengan menggunakan konsep penanda dan petanda, penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana kata-kata dalam lirik lagu tersebut menciptakan makna yang memotivasi pendengar untuk mencintai dan menghargai diri sendiri. Analisis ini memberikan wawasan tentang cara tanda-tanda linguistik dalam lagu dapat mempengaruhi pemahaman dan persepsi pendengar terhadap konsep cinta diri.
Metode :
Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika berdasarkan konsep Ferdinand de Saussure. Metode ini digunakan untuk menganalisis tanda-tanda linguistik dalam lirik lagu "Diri" karya Tulus dengan fokus pada komponen penanda dan petanda. Teknik pengumpulan data meliputi penelitian kepustakaan, dokumentasi, dan pengamatan langsung terhadap lirik lagu serta sumber-sumber pendukung lainnya. Data yang diperoleh dianalisis dengan cara memeriksa karakter-karakter dalam lirik lagu dan menafsirkan makna serta implikasinya. Metode penelitian kualitatif deskriptif digunakan untuk memberikan pemahaman mendalam terhadap fenomena yang diteliti, memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi makna yang lebih luas dan dalam dari teks lirik lagu tersebut.
Hasil :
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa lirik lagu "Diri" karya Tulus mengandung pesan motivasi yang kuat untuk mencintai dan menghargai diri sendiri. Dengan menggunakan metode analisis semiotika, ditemukan bahwa setiap kata dan frasa dalam lirik memiliki makna yang mendalam dan saling berhubungan, membentuk pesan keseluruhan yang mendukung konsep cinta diri. Penanda dalam lirik lagu, seperti kata-kata yang dipilih dan struktur kalimat, mencerminkan konsep petanda yaitu gambaran mental tentang pentingnya menghargai diri sendiri. Analisis ini juga menunjukkan bagaimana lirik lagu tersebut dapat menjadi alat komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan positif kepada pendengar, mendorong mereka untuk lebih menerima dan mencintai diri sendiri dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa lirik lagu "Diri" karya Tulus berhasil menyampaikan pesan motivasi tentang cinta diri dengan efektif melalui penggunaan tanda-tanda linguistik. Dengan menerapkan teori semiotika Ferdinand de Saussure, penelitian ini berhasil mengungkap makna mendalam di balik kata-kata dalam lirik lagu dan bagaimana mereka berkontribusi pada pemahaman dan persepsi pendengar mengenai konsep cinta diri. Pendekatan kualitatif deskriptif dan interpretatif yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi dan memahami fenomena cinta diri dalam konteks sosial yang lebih luas, memberikan wawasan berharga tentang cara pesan-pesan dalam musik dapat mempengaruhi dan membentuk pengalaman emosional dan psikologis pendengar.
Literatur Review Jurnal 17
Penulis Jurnal : Argenta Diansyah
Pradana, Didik Hariyanto
Judul Jurnal : Semiotika Dalam Lagu OMG Oleh New Jeans Mendeskripsi Realitas
Industri Kpop
Teori :
Dalam jurnal ini, teori
semiotika yang digunakan lebih merujuk kepada pemikiran Charles Sanders Peirce
daripada Roland Barthes atau Ferdinand de Saussure. Namun, teori semiotika
secara umum, yang bisa dikaitkan dengan de Saussure, membahas tentang tanda (sign)
dan makna (signified). De Saussure memperkenalkan konsep bahwa tanda terdiri
dari dua bagian: penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah
bentuk fisik dari tanda, seperti kata atau gambar, sedangkan petanda adalah
konsep mental yang diwakili oleh penanda tersebut. Teori ini relevan dalam
analisis tanda-tanda yang terdapat dalam video musik "OMG" oleh New
Jeans, di mana setiap elemen visual (penanda) dipadankan dengan makna tertentu
(petanda).
Roland Barthes melanjutkan pemikiran ini dengan memperkenalkan konsep konotasi dan denotasi dalam analisis tanda. Denotasi adalah makna literal dari tanda, sementara konotasi adalah makna tambahan yang ditambahkan oleh budaya dan konteks sosial. Dalam konteks jurnal ini, setiap elemen visual dalam video musik tidak hanya dianalisis berdasarkan makna literalnya tetapi juga berdasarkan makna konotatif yang muncul dari budaya K-Pop dan industri hiburan Korea Selatan. Barthes juga berbicara tentang mitos, atau cara di mana tanda-tanda tertentu dapat membawa makna ideologis yang lebih dalam, yang sangat relevan dalam memahami bagaimana video musik dapat mencerminkan dan memperkuat stereotip gender dan hubungan parasosial dalam industri K-Pop.
Metode :
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode observasi dan studi literatur. Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan menonton video musik "OMG" oleh New Jeans melalui platform YouTube, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi literatur dari jurnal, buku, dan sumber internet lainnya. Analisis dilakukan dengan cara mengamati berbagai scene dalam video musik, memilih adegan-adegan yang relevan, dan kemudian membedah makna tanda-tanda yang muncul menggunakan pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce. Observasi ini memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi simbol-simbol penting dan menginterpretasi makna yang terkandung di dalamnya, memberikan wawasan tentang bagaimana video musik ini mencerminkan realitas industri K-Pop.
Hasil :
Hasil analisis dari penelitian ini mengungkapkan bahwa video musik "OMG" oleh New Jeans mengandung banyak simbol dan tanda yang mencerminkan realitas industri K-Pop. Analisis ini mengidentifikasi tiga tema utama: kepatuhan ketat yang diharapkan dari idola terhadap agensi dan basis penggemar mereka, stereotip gender yang merajalela, dan dampak interaksi parasosial. Tema pertama menunjukkan bagaimana idola K-Pop harus mematuhi aturan ketat dari agensi mereka, mencerminkan hubungan kekuasaan yang asimetris. Tema kedua mengungkapkan bagaimana video musik ini memperkuat stereotip gender melalui representasi visual dan naratif. Tema ketiga menyoroti bagaimana video musik ini mencerminkan hubungan parasosial antara idola dan penggemar, menunjukkan bagaimana interaksi ini dapat mempengaruhi persepsi dan perilaku penggemar. Hasil ini menunjukkan kompleksitas dinamika sosial dan budaya dalam industri K-Pop, serta tekanan yang dihadapi oleh idola K-Pop dalam memenuhi harapan dari berbagai pihak.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa video musik "OMG" oleh New Jeans berfungsi sebagai representasi yang kompleks dari realitas industri K-Pop. Melalui analisis semiotik, penelitian ini berhasil mengungkap makna mendalam dari simbol dan tanda yang digunakan dalam video musik tersebut. Video musik ini tidak hanya menghibur tetapi juga memuat pesan-pesan tentang kepatuhan, stereotip gender, dan hubungan parasosial, yang semuanya mencerminkan dinamika kekuasaan dan tekanan dalam industri K-Pop. Penelitian ini memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana media populer dapat mempengaruhi dan mencerminkan nilai-nilai budaya, serta menyoroti pentingnya pendekatan kritis dalam memahami representasi media. Kesimpulan ini mengajak para peneliti dan penonton untuk lebih peka terhadap makna yang terkandung dalam media populer dan dampaknya terhadap persepsi budaya dan kesejahteraan idola.
Literatur Review Jurnal 18
Penulis Jurnal : Donna Isra Silaban,
Oktafianna Medilmana, Quincly Belatrix Porsiana
Judul Jurnal : Analisis Semiotika Makna Motivasi Pada Lirik Lagu “Bangun
Pemuda Pemudi”
Teori :
Dalam jurnal ini, teori
Ferdinand De Saussure digunakan untuk menganalisis lirik lagu "Bangun
Pemuda Pemudi." Teori semiotika Saussure menekankan pada konsep tanda yang
terdiri dari dua komponen utama, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified).
Penanda adalah bentuk fisik dari tanda tersebut, misalnya kata, suara, atau
gambar, sedangkan petanda adalah konsep atau makna yang diwakili oleh penanda
tersebut. Dalam konteks penelitian ini, setiap kata dalam lirik lagu dianalisis
sebagai tanda yang memiliki penanda dan petanda yang dapat diinterpretasikan
untuk mengungkap makna yang lebih dalam dari lirik tersebut.
Penelitian ini membagi keseluruhan lirik lagu menjadi beberapa kalimat untuk memudahkan analisis semiotika. Setiap kalimat dianalisis untuk menemukan penanda dan petanda yang terkandung di dalamnya. Dengan menggunakan pendekatan ini, peneliti dapat mengidentifikasi bagaimana lirik lagu tersebut merepresentasikan nilai-nilai tertentu atau pesan yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Fokus utama dari analisis ini adalah bagaimana kata-kata dalam lirik berhubungan dengan objek penelitian dan makna yang dihasilkan dari hubungan tersebut.
Metode :
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah studi pustaka. Studi pustaka melibatkan pengumpulan data teoritis dari berbagai literatur yang relevan, seperti buku, artikel, dan dokumen lain yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam penelitian ini, studi pustaka dilakukan dengan membaca dan menganalisis lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi." Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan teori semiotika Ferdinand De Saussure, yang berfokus pada tanda-tanda (kata-kata) yang digunakan dalam lirik lagu tersebut. Peneliti membagi lirik lagu menjadi beberapa kalimat, kemudian setiap kalimat dianalisis untuk mengidentifikasi penanda dan petanda yang terkandung di dalamnya, serta makna yang dihasilkan dari hubungan antara penanda dan petanda tersebut.
Hasil :
Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi" karya Alfred Simanjuntak mengandung makna yang kuat terkait dengan semangat nasionalisme dan motivasi bagi pemuda-pemudi Indonesia. Melalui analisis semiotika, ditemukan bahwa kata-kata dalam lirik lagu ini berfungsi sebagai penanda yang menggambarkan semangat, kebanggaan, dan panggilan untuk bangkit dan berjuang demi kemajuan bangsa. Setiap kalimat dalam lirik mengandung petanda yang merepresentasikan nilai-nilai penting seperti patriotisme, tanggung jawab, dan optimisme. Analisis ini menunjukkan bahwa lirik lagu tersebut tidak hanya sekedar kata-kata, tetapi juga memiliki makna yang mendalam yang dapat menginspirasi dan memotivasi pendengarnya untuk berkontribusi positif terhadap negara.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa lirik lagu "Bangun Pemuda Pemudi"
memiliki makna yang sangat signifikan dalam membangkitkan semangat nasionalisme
dan motivasi di kalangan pemuda-pemudi Indonesia. Melalui analisis semiotika
Ferdinand De Saussure, ditemukan bahwa setiap kata dan kalimat dalam lirik lagu
tersebut membawa pesan yang kuat tentang pentingnya peran pemuda dalam
pembangunan bangsa. Lagu ini berhasil menyampaikan nilai-nilai patriotisme dan
kebanggaan nasional yang dapat mendorong pemuda untuk mengambil tindakan
positif demi kemajuan negara. Penelitian ini juga menegaskan bahwa lirik lagu
sebagai bentuk karya seni memiliki potensi besar untuk menyampaikan pesan-pesan
penting dan mempengaruhi persepsi serta sikap pendengarnya.
Literatur Review Jurnal 19
Penulis Jurnal : Anindita Fikri Amalia,
Nurdien Harry Kristanto, Sukarjo Waluyo
Judul Jurnal : Semiotika Nonverbal Dalam Musik Video “Azza” Karya Rhoma
Irama
Teori :
Jurnal ini menggunakan
teori semiotika nonverbal Roland Barthes, yang fokus pada konsep konotasi dan
denotasi dalam menganalisis tanda-tanda tubuh yang terdapat dalam video musik
"Azza" karya Rhoma Irama. Barthes membedakan antara denotasi, yaitu
makna langsung dan literal dari suatu tanda, dan konotasi, yaitu makna tambahan
yang lebih dalam dan seringkali terkait dengan konteks budaya atau emosi. Dalam
konteks video musik "Azza", penulis jurnal mengidentifikasi berbagai
tanda tubuh seperti sinyal, ekspresi wajah, kontak mata, bahasa tubuh,
sentuhan, isyarat, dan tarian yang membawa makna konotatif dan denotatif
tertentu. Misalnya, gerakan tangan yang mengiringi pengulangan lirik
"Azza" memiliki makna denotatif sebagai gerakan fisik, namun secara
konotatif, gerakan ini melambangkan glorifikasi dan pengagungan terhadap Tuhan.
Pendekatan Barthes ini memungkinkan analisis mendalam terhadap bagaimana makna-makna kompleks dapat muncul dari simbol-simbol yang tampak sederhana dalam video musik. Makna konotatif seringkali membawa muatan emosional atau nilai-nilai budaya yang tidak langsung terlihat dalam pengamatan sekilas. Dalam video musik "Azza", penggunaan simbol-simbol dan gestur-gestur tubuh yang khas dengan budaya Timur Tengah memperkaya makna dari lagu tersebut, menekankan pesan religius dan moral yang ingin disampaikan oleh Rhoma Irama. Teori Barthes digunakan untuk mengurai lapisan-lapisan makna ini, menunjukkan bagaimana tanda-tanda nonverbal berfungsi dalam menyampaikan pesan yang lebih dalam dan kompleks.
Metode :
Metode penelitian yang
digunakan dalam jurnal ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini berfokus
pada analisis deskriptif terhadap video musik "Azza" karya Rhoma
Irama untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan tanda-tanda nonverbal yang
muncul. Data yang dikumpulkan berupa observasi terhadap berbagai elemen visual
dalam video musik, seperti gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan gestur lainnya,
yang kemudian dianalisis menggunakan kerangka teori semiotika Roland Barthes.
Metode ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk menggali makna yang
lebih dalam dari tanda-tanda yang tampak sederhana, serta untuk mengungkap
bagaimana tanda-tanda tersebut berfungsi dalam menyampaikan pesan dan makna
yang lebih kompleks. Dengan demikian, metode kualitatif ini sangat cocok untuk
tujuan penelitian yang ingin memahami dan menjelaskan hubungan antara
tanda-tanda nonverbal dan makna konotatif serta denotatif yang dikandungnya.
Hasil :
Hasil analisis dari
penelitian ini menunjukkan bahwa dalam video musik "Azza" karya Rhoma
Irama terdapat tujuh tanda tubuh yang memiliki makna konotatif dan denotatif.
Tanda-tanda tersebut adalah sinyal, ekspresi wajah, kontak mata, bahasa tubuh,
sentuhan, isyarat, dan tarian. Setiap tanda tubuh ini tidak hanya berfungsi
sebagai elemen estetis dalam video musik, tetapi juga membawa pesan religius
dan moral yang dalam. Misalnya, gerakan tangan yang digunakan dalam video musik
ini menandakan pengagungan terhadap Tuhan, yang merupakan makna konotatif dari
gerakan tersebut. Selain itu, latar belakang budaya Timur Tengah yang
ditampilkan melalui pakaian dan tata rias juga memperkuat pesan religius dari
lagu ini. Analisis ini menunjukkan bagaimana elemen-elemen nonverbal dalam
video musik dapat berfungsi sebagai alat komunikasi yang kuat untuk
menyampaikan makna yang kompleks dan berlapis.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari
penelitian ini adalah bahwa video musik "Azza" karya Rhoma Irama
menggunakan berbagai tanda tubuh nonverbal yang memiliki makna konotatif dan
denotatif sesuai dengan teori semiotika Roland Barthes. Tanda-tanda ini tidak
hanya berfungsi sebagai elemen estetis, tetapi juga sebagai alat untuk
menyampaikan pesan religius dan moral kepada penonton. Penggunaan tanda-tanda
tubuh seperti sinyal, ekspresi wajah, kontak mata, bahasa tubuh, sentuhan,
isyarat, dan tarian memperkaya makna dari video musik ini, membuatnya lebih
mendalam dan kompleks. Penelitian ini menegaskan pentingnya analisis semiotika
dalam memahami bagaimana makna dikomunikasikan melalui media visual, khususnya
dalam konteks budaya dan religius.
Literatur Review Jurnal 20
Penulis Jurnal : Risma Nurdiana Putri,
Muhammad Sholehhudin
Judul Jurnal : Analisis Semiotik Pada Makna Lagu “Runtuh” Karya Fey Putri
Feat. Fiersa Besari
Teori :
Jurnal ini menggunakan teori semiotik untuk menganalisis makna lagu "Runtuh" karya Feby Putri feat. Fiersa Besari. Semiotik adalah studi tentang tanda dan simbol serta cara mereka digunakan dan diinterpretasikan. Dalam konteks ini, teori semiotik digunakan untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan simbol-simbol yang terkandung dalam lirik, melodi, dan elemen visual dari lagu tersebut. Teori ini memungkinkan peneliti untuk menggali makna tersembunyi dan pesan yang disampaikan oleh pencipta lagu melalui penggunaan kata-kata, nada, dan elemen visual.
Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik berdasarkan teori Roland Barthes, yang membedakan antara makna denotatif (makna literal) dan konotatif (makna tambahan yang dibawa oleh budaya dan konteks). Makna denotatif dari lirik-lirik lagu "Runtuh" mencakup interpretasi literal dari kata-kata seperti "tertawa", "rela", "membohongi", dan "terluka". Di sisi lain, makna konotatif dari lirik tersebut menggambarkan perasaan keterpurukan dan kepalsuan yang dialami seseorang akibat peristiwa di masa lalu.
Metode :
Metode penelitian yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode ini bersifat interpretatif, di mana peneliti mencoba memaparkan situasi dan perasaan terkait interpretasi sebuah lagu. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa Baca, Simak, dan Catat (BSC). Peneliti menganalisis lirik lagu "Runtuh" dengan membaca dan memahami liriknya secara mendalam, kemudian mencatat simbol-simbol dan tanda-tanda yang muncul dalam lirik tersebut. Metode ini memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi makna denotatif dan konotatif dari lirik-lirik lagu tersebut.
Hasil :
Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa lagu "Runtuh" karya Feby Putri feat. Fiersa Besari menggambarkan perasaan keterpurukan yang mendalam akibat peristiwa masa lalu. Analisis semiotik terhadap lirik lagu ini mengungkapkan bahwa kata-kata seperti "tertawa" dan "rela" menunjukkan kebahagiaan dan keikhlasan, sedangkan kata-kata seperti "membohongi" dan "terluka" mengindikasikan kepalsuan dan rasa sakit. Lagu ini secara keseluruhan menceritakan tentang seseorang yang mengalami kehancuran emosional dan berusaha menutupi rasa sakit tersebut dengan kepalsuan. Hal ini menekankan pentingnya kejujuran terhadap diri sendiri dan pengakuan terhadap perasaan yang sebenarnya untuk kesehatan mental dan emosional.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa lagu "Runtuh" karya Feby Putri feat. Fiersa Besari secara garis besar menggambarkan perasaan keterpurukan seseorang akibat kejadian masa lalu. Lagu ini menunjukkan bahwa setiap individu memiliki luka emosional yang sering kali ditutupi dengan kebahagiaan palsu. Pesan utama dari lagu ini adalah pentingnya kejujuran terhadap diri sendiri dan tidak membohongi perasaan yang sebenarnya. Dengan mengakui dan menghadapi rasa sakit tersebut, individu dapat mencegah dampak buruk terhadap kesehatan mental dan emosional mereka.
Komentar
Posting Komentar